Nama : Yusron Fadilah
NIM : 1113018200036
Jurusan : Manajamen Pendidikan
Mata Kuliah : Psikologi
Pendidikan
Dosen Pengampu : Nuraida, M. Si.
Teori Behaviorisme
A. Latar Belakang
Teori
behaviorisme merupakan salah satu pendekatan di dalam psikologi pendidikan yang
didasari keyakinan bahwa anak dapat dibentuk sesuai dengan apa yang diinginkan
oleh orang yang membentuknya. Saya memilih teori ini karena teori behaviorisme
sangat penting untuk mengarahkan dan mendorong kinerja perkembangan individu
sesuai dengan tujuan yang diinginkannya. Perkembangan individu untuk mencapai
tujuan yang diinginkan nya tersebut dipengaruhi oleh factor yang berasal di
luar diri individu bukan berasal dari dalam diri individu. behaviorisme memandang bahwa individu (siswa)
sebagai pasif sedangkan lingkungan sebagai aktif. Maka dalam karakteristik
belajar behaviorisme, individu menjadi pasif dan biasanya merupakan pembelajaran
siswa yang berpusat pada guru. Guru yang menggunakan teori behaviorisme dalam
mengajar juga dianggap sebagai agen propaganda dan indoktrinasi, serta sebagai
pengendali masukan dan perilaku. Semua pendidikan ditentukan secara sepihak
yaitu pendidik dan anak sebagai objek pendidikan.
B. Tujuan
A. Mahasiswa mampu menjelaskan
teori behaviorisme dan mengimplementasikannya didalam pembelajaran. (C3)
B.
Mahasiswa mampu membiasakan
berperilaku yang diajarkan sesuai dengan teori behaviorisme. (A5)
C.
Mahasiswa mampu menerapkan
teori behaviorisme dalam kehidupan sehari-hari. (P2)
C.
Pengertian Teori Behaviorisme
Kata “behaviorisme” berasal dari bahasa
inggris yaitu “behavior” artinya tingkah laku, reaksi total. Kemudian diberi
akhiran isme, menjadi behaviorisme yang berarti aliran dalam
psikologi yang obkjek penelitiannya adalah sesuatu yang dapat diindera yaitu
perilaku yang tampak setelah melakukan observasi. Teori tersebut menekankan
pada hubungan antara stimulus dan respon (S-R) yang dapat diamati lewat panca
indera dan berpengaruh pada teori belajar bahasa.
Menurut teori behavioristik belajar adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Belajar merupakan akibat
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar
sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini
dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang
berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa,
sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut.
D. Teori
Behaviorisme Menurut Para Ahli
1. Ivan Pavlov ( Classical
Conditioning)
Menerapkan
strategi Pavlov, ternyata individu dapat dikendalikan dengan cara mengganti
stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulang respon
yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari, bahwa ia dikendalikan oleh
stimulus yang berasal dari luar dirinya.
Pavlov
juga melakukan eksperimen terhadap seekor anjing dan mengahsilkan hukum-hukum
belajar, diantaranya:
a.
Law of Respondent
Conditioning, yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus
dihadirkan secara simultan (yang salah atunya berfungsi sebagai reinforce).
Maka reflex dan stimulus lainnya akan meningkat.
b.
Law of Respondent
Extinction, yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refkelsks yang sudah
diperkuat melalui respnedent conditioning itu didatangkan kembali tanpa
menghadirkan reinforce, maka kekuatannya akan menurun.
Perubahan
tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat
diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran
behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan
bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati.
Dari
eksperimen yang dilakuakn thorndike terhadap kucing, menghasilkan hukum-hukum
diantaranya: Law of Effect, artinya bahwa jika sebuah respons
menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan stimulus-repons akan semakin
kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka
semakin lemahpula hubungan yang terjadi antar stimulus-respons.
Law
Of Rediness (hukum kesapan), belajar akan terjadi
jika ada kesiapan individu. Thorndike percaya bahwa kesiapan adalah kondisi
belajar yang penting, karena kepuasan atau frustasi bergantung pada kondisi
kesiapan individu. Jika individu memiliki kesiapan dalam belajar maka individu
tersebut akan mengalami keberhasilan dalam proses belajar, sebaliknya jika inidividu tidak
memiliki kesiapan maka inidividu
tersebut akan mengalami kegagalan dalam proses belajar. Law of Exercise
(Hukum Latihan), perilaku sebagai hasil belajar terbentuk karena adanya
hubungan antara stimulus dan respons. Hubungan tersebut diperkuat atau
diperlemah oleh tingkat intenistas dan durasi pengulangan hubungan atau
latihan. Hubungan natraa stimulus dan rspons akan bertambah kuat jika terus
melakukan pengulangan dan pelatihan.
3. John Broadus Watson
Menurut pandangan
Watson, perilaku adalah serangkaian fungsi dari hubungan- hubungan anata rstimulus yang ada di dalam
lingkungan dengan karakteristik manusia
seperti dorongan, hereditas, kebiasaan, emosi, dan mekanisme yang digunakan dalam menghadapi stimulus. Stimulus
selalu ada didalam lingkungan manusia dan manusia
selalu merespon stimulus tersebut, seperti panas (stimulus) dan berkeringat merupakan respon yang timbul secara
alamiah terhadap panas.
D.
Ayat Al- Qur’an yang
Berhubungan dengan Teori Behaviorisme
Aliran behaviorisme mempelajari
terbentuknya perilaku manusia berdasarkan konsep stimulus dan respon, yang
berarti perilaku manusia sangat terkondisi oleh lingkungan. Satu-satunya
motivasi yang mendorong manusia bertingkah laku adalah penyesuaian diri dengan
lingkungan. Konsep ini mengisyaratkan bahwa ketika manusia dilahirkan, ia tidak
membawa bakat apa – apa dan mengingkari potensi alami manusia. Kaidah
dan hukum belajar ini dapat dianggap sebagai keunggulan dari aliran
behaviorisme dalam menelaah konsep manusia yang dikaitkan dengan dengan salah
satu fenomena sunnatullah, yaitu bahwa manusia dapat mengubah nasib dirinya
sendiri.Seperti firman Allah SWT pada
QS
Ar – Ra’d ayat 11 yang memiliki arti :
Bagi manusia ada malaikat – malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka
dan dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah
tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap
suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali – kali tak ada
pelindung mereka selain Dia .
E. Gambar yang Berhubungan
dengan Teori Behavirisme
“Gambar: Seorang badut yang memberikan stimulus melalui pemberian
hadiah kepada anak lalu anak tersebut merespon nya”.
Stimulus-ResponsReinforcemen"Memberi Hadiah -Memberi
Pujian". Proses S-R ini
terdiri dari beberapa unsur, yaitu dorongan atau "drive", stimulus
atau rangsangan, respons, dan penguatan atau "reinforcemertt". Unsur
dorongan diperlihatkan jika seseorang merasakan adanya kebutuhan akan sesuatu
dan terdorong untuk memenuhi kebutuhan ini. Dalam upaya memenuhi kebutuhannya
tersebut seseorang kemudian berinteraksi dengan lingkungannya yang menyediakan
beragam stimulus yang menyebabkan timbulnya respons dari orang tersebut.
Respons atau reaksi diberikan terhadap stimulus yang diterima seseorang dengan
jalan melakukan suatu tindakan yang dapat terlihat. Unsur penguatan akan
memberi tanda kepada seseorang tentang kualitas respons yang diberikan, dan
mendorong orang tersebut untuk memberikan respons lagi.(respons yang sama
ataupun respons yang berbeda).
G. Analisis Teori Behaviorisme
Teori behaviorisme memiliki pengaruh yang
besar pada praktik pendidikan dan pembelajaran. Didalam pembelajaran guru harus
membiasakan bersikap peka pada situasi
dan kondisi belajar agar tercapainya tujuan pembelajaran. Guru memiliki
pengaruh dalam membentuk suatu perilaku yang diinginkan mendapatkan pengkauan
yang positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative yang
didasari pada prilaku yang tampak. Teori ini juga sangat cocok untuk memperoleh
kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur
seperti : Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan
sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan
komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Dalam teori ini, guru tidak diharapkan terlalu banyak
menggunakan waktu untuk berceramah menyajikan materi, namun lebih baik banyak
menggunakan waktunya untuk siswa berlatih. Proses pembelajaran akan dapat
berjalan dan respons yang benar akan dapat diharapkan kemunculannya jika
terjadi dalam situasi belajar yang menyenangkan bagi siswa. Dalam Teori ini juga cocok diterapkan untuk
melatih siswa yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka
mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk
penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian. Teori ini menekankan
pada pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan, dengan kedua hal itu maka
dapat mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sduah terbentuk
sebelumnya. Jika siswa sudah mahir dalam bidang tertentu, maka akan lebih kuat
lagi pemahaman di bidang tersebut dengan melakukan pembiasaan dan pengulangan
materi yang sudah diberikan guru agar siswa lebih optimal dalam pembelajaran.
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan
Pendidikan :
SD (Sekolah Dasar)
Kelas/Semester :
VI/ I
Mata
Pelajaran :
IPA ( Ilmu Pengetahuan Alam)
Materi
Pokok :
Perkembangbiakan Tumbuhan
Alokasi
Waktu : 2
x 35 menit
A. Standar Kompetensi
Memahami cara
perkembangbiakan makhluk hidup
B.
Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi cara perkembangbiakan tumbuhan
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
Kognitif (PB 8: Perkembangan
Kognitif)
Pada
perkembangan kognitif berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses mental
yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiawaan
lainya. Dalam perkembangan kognitif lebih ditekan kan pada knowledge siswa, dan belajar merupakan aktivitas yang
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
1.
Siswa
mampu menjelaskan macam-macam cara perkembangbiakan tumbuhan (C2)
2.
Siswa
mampu menyebutkan macam-macam cara perkembangbiakan tumbuhan (C1)
3.
Siswa
mampu membedakan cara perkembangbiakan secara Generatif dan Vegetatif
(C2)
4.
Siswa
mampu menjelaskan keuntungan perkembangbiakan secara vegetatif buatan dengan
mencangkok (C2)
Afektif
(PB
10 : Perkembangan nilai, moral dan sikap)
Pada
perkembangan afektif merupakan sikap yang diharapkan saat dan setelah siswa
melakukan serangkaian kegaiatan pembelajaran. perkembangan afektif terjadi pada
siswa setelah siswa tersebut mencapai kompetensi didalam kegaiatn pembelajaran
lalu mencoba mengikuti dan meniru apa yang sudah diajarkan.
Melalui
Piaget, perkembangan nilai, moral dan sikap terjadi melalui hasil pengamatan
dan wawancara. Setelah melakukan pengamatn dan wawancara tersebut pekembangan
moral akan diharapkan terjadi pada diri siswa dan tercapainya tujuan
pembelajaran.
1.
Siswa
mampu mengikuti cara mencangkok tumbuhan tersebut.
2.
Siswa
mampu melaporkan hasil pengamatan mencangkok tumbuhan tersebut dengan
membuat laporan berupa tulisan tangan dengan menggunakan kertas HVS.
PB 9 : Perkembanagan Konsep Diri dan Emosi ( Afektif)
Konsep diri
didefinisiskan secara umum sebagai keyakinan pandanagan atau penilaiana
seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi
kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu. Sedangkan emosi
sebagai kecerdasan, kepekaan berperan menghidupkan perkembangan dan penalaran
yang baik. Sebelum
melakukan suatu tindakan hasil dari emosi siswa telah terlebih dahulu memahami
konsep diri yang ia miliki.
3.
Siswa
mampu menampilkan contoh perkembangbiakan tumbuhan secara vegetative
buatan melalui hasil mencangkoknya.
Psikomotorik
(PB 3: Perkembangan Psikomotorik)
Perkembangan
psikomotorik merupakan suatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas
atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Pada perkembangan psikomotorik ini
sangat menekankan pada aspek keterampilan motorik pada siswa sebagai hasil
pencapaian kompetensi siswa.
1.
Siswa
mampu menunjukkan cara mencangkok tumbuhan tersebut dengan bantuan alat
peraga. (P3)
2.
Siswa
mampu menerapkan langkah-langkah pencangkokan batang pohon berbiji secara
sistematis (P2).
D.
Materi Ajar
1.
Perkembangbiakan
tumbuhan
2.
Cara
perkembangbiakan tumbuhan secara generative dan sacara vegetative
3.
Perkembangbiakan
tumbuhan secara vegetative buatan dengan
mencangkok dan beserta keuntungannya.
E.
Metode Pembelajaran
- Demonstrasi
PB
11: Perkembangan Kreativitas
Metode demonstrasi ini merupakan metode yang snagat efektif
dalam membantu anak didik untuk menjawab kebutuhan belajarnya denga usaha
sendiri berdasarkan fakta dan data yang
jelas. Metode ini guru mengembangkan pemikiran kreativitas siswa, dengan
mendorong anak untuk mengungkapkan gagsan gagasannya sendiri, serta
mengembangakan pola pikir dan kecakapannya.
-Diskusi Kelompok
PB 13: Cara
mengatasi lupa dan jenuh dalam belajar
Metode pembelajaran dengan berdiskusi kelompok
merupakan salah satu solusi untuk mengatasi kejenuhan dalam belajar. Metode ini
sangat efektif dalam mengatasi kejenuhan siswa, karena siswa diberikan
kesempatan dalam menyampaikan pendpatbya dari hasil pemikirannya dan didalam metode
diskusi ini juga dapat mengatasi kelupaan dalam belajar karena siswa dapat
bertukat pikiran dengan kelompok diskusi yang lainnya.
-Penugasan
PB 13 : Teori
Bakat Multiple Intellence
Metode ini dapat meningkatakan bakat dan
kcerdasan pada siswa melalui tes kognitif, psikomotorik dan afektif.
F. Alat
Media atau Bahan Belajar Praktek
Alat : Pisau tajam
Bahan : Sabut Kelapa, Batang pohon yang berbiji
(Tumbuhan Dikotil), Tanah subur, palstik, tali plastik
G. Sumber
Belajar:
1. Buku
Paket BSE Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Kelas VI
H.
Kegiatan Pembelajaran
a.
Guru
membuka pembelajaran dengan salam dan basmalah, dilanjutkan dengan mengucapkan
salam sapa.
b. Guru
memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran dan memeriksa kehadiran, kerapihan pakaian,
posisi dan tempat duduk peserta didik.
c. Guru memberikan motivasi dan menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan
yang akan dicapai dalam pembelajaran.
d.
Guru untuk membentuk kelompok-kelompok kecil untuk
melakukan percobaan mencangkok (terdiri
4-5 siswa)
e.
Guru membagikan kertas HVS kepada masing-masing kelompok
f.
Guru menyampaikan materi pelajaran dan memberikan contoh hasil
cangkokkan sesuai dengan metode yang ada di buku paket.
g.
Guru memberikan waktu kurang lebih
60 menit untuk mencangkok lalu mendiskusikan secara kelompok dan hasil
percobaan nya ditulis di kertas HVS.
h.
Dibawah bimbingan guru, peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran.
I. Guru memberikan reward kepada “seluruh kelompok” atas hasil praktek dan diskusi serta kekompakannya.
j.
Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
k.
Menutup pelajaran dengan doa bersama sama.