clock

08.29 |

Begitu lama ku menghitung hari
Kini tibalah hari yang dinanti
Yaaa.. Ulang tahunmu kasih
Orang yang selalu ku sayangi
Riska Hardiani…

Aku bukan pria yang ada segalanya
Dan Aku bukan pria yang romansa
Namun aku punya sejuta cinta
Sejuta cinta untukmu Riska..

Maafkan diriku yang tak bisa berada disampingmu
Aku tak bisa bersamamu di hari special mu
Jarak dan waktu yang membuat kita seperti ini
Ku harap kau mengerti kasih

Maafkan Aku
Aku tak mampu menjadi laki laki yang semestinya menemanimu hari ini
Dan tak mampu memberi kejutan kecil yang membuat bibir mu tersenyum hari ini
Aku hanya dapat mengucapkan doaku setulus hati

Aku hanya bisa bersujud dan menyisipkan doa-doaku untukmu
Agar diberkahkan umurmu dan semakin tumbuh kedewasaan mu

Ya Allah
 tolong turunkan malaikat malaikat kecil untuknya

Jagalah didalam tidur lelapnya, jagalah disetiap ia melangkah
Dan jagalah hatinya agar tak terluka di hari istimewanya J

HAPPY 19th Riska Hardiani, 
Selamat Tanggal 8 Februari 2015,  semoga dihari ulang tahun mu ini kamu menjadi orang yang lebih baik lagi, semakin dewasa, menjadi kebanggaan orang tua, sukses dalam segala hal baik dunia dan akhirat!!
Semoga semakin tumbuh sejuta cinta dan kebahagiaan untuk mu, dimudahkan rezekinya:*  jangan ngambek mulu yaaa udeh tua ah masa ngambek muluuuu:* terus kita makin langgeng yaaa:* hmmm semoga makin cantik, rajin, pinter dan masih banyak lagi deh hehehehe :*
Keep awesome babe!! Sukses untuk masa depan muuu!!
I love and miss you to the moon and back My Riska Hardiani :*({})









Read More
22.09 |

Nama                          : Yusron Fadilah
NIM                            : 1113018200036
Jurusan                      : Manajamen Pendidikan
Mata Kuliah              : Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu      : Nuraida, M. Si.

Teori Behaviorisme
A. Latar Belakang
Teori behaviorisme merupakan salah satu pendekatan di dalam psikologi pendidikan yang didasari keyakinan bahwa anak dapat dibentuk sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orang yang membentuknya. Saya memilih teori ini karena teori behaviorisme sangat penting untuk mengarahkan dan mendorong kinerja perkembangan individu sesuai dengan tujuan yang diinginkannya. Perkembangan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan nya tersebut dipengaruhi oleh factor yang berasal di luar diri individu bukan berasal dari dalam diri individu. behaviorisme memandang bahwa individu (siswa) sebagai pasif sedangkan lingkungan sebagai aktif. Maka dalam karakteristik belajar behaviorisme, individu menjadi pasif dan biasanya merupakan pembelajaran siswa yang berpusat pada guru. Guru yang menggunakan teori behaviorisme dalam mengajar juga dianggap sebagai agen propaganda dan indoktrinasi, serta sebagai pengendali masukan dan perilaku. Semua pendidikan ditentukan secara sepihak yaitu pendidik dan anak sebagai objek pendidikan.
B. Tujuan
A.  Mahasiswa mampu menjelaskan teori behaviorisme dan mengimplementasikannya didalam pembelajaran. (C3)
B.     Mahasiswa mampu membiasakan berperilaku yang diajarkan sesuai dengan teori behaviorisme. (A5)
C.     Mahasiswa mampu menerapkan teori behaviorisme dalam kehidupan sehari-hari. (P2)


C. Pengertian Teori Behaviorisme           
Kata “behaviorisme” berasal dari bahasa inggris yaitu “behavior” artinya tingkah laku, reaksi total. Kemudian diberi akhiran isme, menjadi behaviorisme yang berarti aliran dalam psikologi yang obkjek penelitiannya adalah sesuatu yang dapat diindera yaitu perilaku yang tampak setelah melakukan observasi. Teori tersebut menekankan pada hubungan antara stimulus dan respon (S-R) yang dapat diamati lewat panca indera dan berpengaruh pada teori belajar bahasa.
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.[1]
D. Teori Behaviorisme Menurut Para Ahli
1.      Ivan Pavlov ( Classical Conditioning)
Menerapkan strategi Pavlov, ternyata individu dapat dikendalikan dengan cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulang respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari, bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
Pavlov juga melakukan eksperimen terhadap seekor anjing dan mengahsilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
a.       Law of Respondent Conditioning, yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah atunya berfungsi sebagai reinforce). Maka reflex dan stimulus lainnya akan meningkat.
b.      Law of Respondent Extinction, yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refkelsks yang sudah diperkuat melalui respnedent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforce, maka kekuatannya akan menurun. [2]
2.      Thorndike (Conectionism (S-R))
Perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati.[3]
Dari eksperimen yang dilakuakn thorndike terhadap kucing, menghasilkan hukum-hukum diantaranya:           Law of Effect, artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan stimulus-repons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemahpula hubungan yang terjadi antar stimulus-respons. [4]
Law Of Rediness (hukum kesapan), belajar akan terjadi jika ada kesiapan individu. Thorndike percaya bahwa kesiapan adalah kondisi belajar yang penting, karena kepuasan atau frustasi bergantung pada kondisi kesiapan individu. Jika individu memiliki kesiapan dalam belajar maka individu tersebut akan mengalami keberhasilan dalam proses  belajar, sebaliknya jika inidividu tidak memiliki kesiapan maka  inidividu tersebut akan mengalami kegagalan dalam proses belajar. Law of Exercise (Hukum Latihan), perilaku sebagai hasil belajar terbentuk karena adanya hubungan antara stimulus dan respons. Hubungan tersebut diperkuat atau diperlemah oleh tingkat intenistas dan durasi pengulangan hubungan atau latihan. Hubungan natraa stimulus dan rspons akan bertambah kuat jika terus melakukan pengulangan dan pelatihan.[5]
3.      John Broadus Watson
                        Menurut pandangan Watson, perilaku adalah serangkaian fungsi dari hubungan-    hubungan anata rstimulus yang ada di dalam lingkungan dengan karakteristik manusia seperti dorongan, hereditas, kebiasaan, emosi, dan mekanisme yang digunakan dalam menghadapi stimulus. Stimulus selalu ada didalam lingkungan manusia dan  manusia selalu merespon stimulus tersebut, seperti panas (stimulus) dan berkeringat merupakan respon yang timbul secara alamiah terhadap panas.[6]

D.    Ayat Al- Qur’an yang Berhubungan dengan Teori Behaviorisme

Aliran behaviorisme mempelajari terbentuknya perilaku manusia berdasarkan konsep stimulus dan respon, yang berarti perilaku manusia sangat terkondisi oleh lingkungan. Satu-satunya motivasi yang mendorong manusia bertingkah laku adalah penyesuaian diri dengan lingkungan. Konsep ini mengisyaratkan bahwa ketika manusia dilahirkan, ia tidak membawa bakat apa – apa dan mengingkari potensi alami manusia. Kaidah dan hukum belajar ini dapat dianggap sebagai keunggulan dari aliran behaviorisme dalam menelaah konsep manusia yang dikaitkan dengan dengan salah satu fenomena sunnatullah, yaitu bahwa manusia dapat mengubah nasib dirinya sendiri.Seperti firman Allah SWT pada QS Ar – Ra’d ayat 11 yang memiliki arti :
Bagi manusia ada malaikat – malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali – kali tak ada pelindung mereka selain Dia .[7]    

 E. Gambar yang Berhubungan dengan Teori Behavirisme
Gambar: Seorang badut yang memberikan stimulus melalui pemberian hadiah kepada anak lalu anak tersebut merespon nya”.
Stimulus-ResponsReinforcemen"Memberi Hadiah -Memberi Pujian". Proses S-R ini terdiri dari beberapa unsur, yaitu dorongan atau "drive", stimulus atau rangsangan, respons, dan penguatan atau "reinforcemertt". Unsur dorongan diperlihatkan jika seseorang merasakan adanya kebutuhan akan sesuatu dan terdorong untuk memenuhi kebutuhan ini. Dalam upaya memenuhi kebutuhannya tersebut seseorang kemudian berinteraksi dengan lingkungannya yang menyediakan beragam stimulus yang menyebabkan timbulnya respons dari orang tersebut. Respons atau reaksi diberikan terhadap stimulus yang diterima seseorang dengan jalan melakukan suatu tindakan yang dapat terlihat. Unsur penguatan akan memberi tanda kepada seseorang tentang kualitas respons yang diberikan, dan mendorong orang tersebut untuk memberikan respons lagi.(respons yang sama ataupun respons yang berbeda).[1

G. Analisis Teori Behaviorisme
           Teori behaviorisme memiliki pengaruh yang besar pada praktik pendidikan dan pembelajaran. Didalam pembelajaran guru harus membiasakan  bersikap peka pada situasi dan kondisi belajar agar tercapainya tujuan pembelajaran. Guru memiliki pengaruh dalam membentuk suatu perilaku yang diinginkan mendapatkan pengkauan yang positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative yang didasari pada prilaku yang tampak.  Teori ini juga sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti : Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Dalam teori ini, guru tidak diharapkan terlalu banyak menggunakan waktu untuk berceramah menyajikan materi, namun lebih baik banyak menggunakan waktunya untuk siswa berlatih. Proses pembelajaran akan dapat berjalan dan respons yang benar akan dapat diharapkan kemunculannya jika terjadi dalam situasi belajar yang menyenangkan bagi siswa. Dalam Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih siswa yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian. Teori ini menekankan pada pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan, dengan kedua hal itu maka dapat mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sduah terbentuk sebelumnya. Jika siswa sudah mahir dalam bidang tertentu, maka akan lebih kuat lagi pemahaman di bidang tersebut dengan melakukan pembiasaan dan pengulangan materi yang sudah diberikan guru agar siswa lebih optimal dalam pembelajaran.


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan                : SD (Sekolah Dasar)
Kelas/Semester                      : VI/ I
Mata Pelajaran                      : IPA ( Ilmu Pengetahuan Alam)
Materi Pokok                         : Perkembangbiakan Tumbuhan
Alokasi Waktu                       : 2 x 35 menit

A.    Standar Kompetensi
Memahami cara perkembangbiakan  makhluk hidup
B.     Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi cara perkembangbiakan  tumbuhan
C.    Indikator Pencapaian Kompetensi
 Kognitif (PB 8: Perkembangan Kognitif)
     Pada perkembangan kognitif berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses mental yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiawaan lainya. Dalam perkembangan kognitif lebih ditekan kan pada knowledge siswa,  dan belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
1.      Siswa mampu menjelaskan macam-macam cara perkembangbiakan tumbuhan (C2)
2.      Siswa mampu menyebutkan macam-macam cara perkembangbiakan tumbuhan (C1)
3.      Siswa mampu membedakan cara perkembangbiakan secara Generatif dan Vegetatif (C2)
4.      Siswa mampu menjelaskan keuntungan perkembangbiakan secara vegetatif buatan dengan mencangkok (C2)

Afektif  
(PB 10 : Perkembangan nilai, moral dan sikap)
      Pada perkembangan afektif merupakan sikap yang diharapkan saat dan setelah siswa melakukan serangkaian kegaiatan pembelajaran. perkembangan afektif terjadi pada siswa setelah siswa tersebut mencapai kompetensi didalam kegaiatn pembelajaran lalu mencoba mengikuti dan meniru apa yang sudah diajarkan.
Melalui Piaget, perkembangan nilai, moral dan sikap terjadi melalui hasil pengamatan dan wawancara. Setelah melakukan pengamatn dan wawancara tersebut pekembangan moral akan diharapkan terjadi pada diri siswa dan tercapainya tujuan pembelajaran.
1.      Siswa mampu mengikuti cara mencangkok tumbuhan tersebut.
2.      Siswa mampu melaporkan hasil pengamatan mencangkok tumbuhan tersebut dengan membuat laporan berupa tulisan tangan dengan menggunakan kertas HVS.
PB 9 : Perkembanagan Konsep Diri dan Emosi ( Afektif)
      Konsep diri didefinisiskan secara umum sebagai keyakinan pandanagan atau penilaiana seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu. Sedangkan emosi sebagai kecerdasan, kepekaan berperan menghidupkan perkembangan dan penalaran yang baik. Sebelum melakukan suatu tindakan hasil dari emosi siswa telah terlebih dahulu memahami konsep diri yang ia miliki.
3.      Siswa mampu menampilkan contoh perkembangbiakan tumbuhan secara vegetative buatan melalui hasil mencangkoknya.

Psikomotorik (PB 3: Perkembangan Psikomotorik)
      Perkembangan psikomotorik merupakan suatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Pada perkembangan psikomotorik ini sangat menekankan pada aspek keterampilan motorik pada siswa sebagai hasil pencapaian kompetensi siswa.   
1.      Siswa mampu menunjukkan cara mencangkok tumbuhan tersebut dengan bantuan alat peraga. (P3)
2.      Siswa mampu menerapkan langkah-langkah pencangkokan batang pohon berbiji secara sistematis (P2).
D.    Materi Ajar
1.      Perkembangbiakan tumbuhan
2.      Cara perkembangbiakan tumbuhan secara generative dan sacara vegetative
3.      Perkembangbiakan tumbuhan secara vegetative buatan  dengan mencangkok dan beserta keuntungannya.
E.     Metode Pembelajaran
- Demonstrasi
PB 11: Perkembangan Kreativitas
Metode demonstrasi  ini merupakan metode yang snagat efektif dalam membantu anak didik untuk menjawab kebutuhan belajarnya denga usaha sendiri berdasarkan fakta  dan data yang jelas. Metode ini guru mengembangkan pemikiran kreativitas siswa, dengan mendorong anak untuk mengungkapkan gagsan gagasannya sendiri, serta mengembangakan pola pikir dan kecakapannya.
 -Diskusi Kelompok
PB 13: Cara mengatasi lupa dan jenuh dalam belajar
Metode pembelajaran dengan berdiskusi kelompok merupakan salah satu solusi untuk mengatasi kejenuhan dalam belajar. Metode ini sangat efektif dalam mengatasi kejenuhan siswa, karena siswa diberikan kesempatan dalam menyampaikan pendpatbya dari hasil pemikirannya dan didalam metode diskusi ini juga dapat mengatasi kelupaan dalam belajar karena siswa dapat bertukat pikiran dengan kelompok diskusi yang lainnya.
-Penugasan
PB 13 : Teori Bakat Multiple Intellence
Metode ini dapat meningkatakan bakat dan kcerdasan pada siswa melalui tes kognitif, psikomotorik dan afektif.

F.     Alat Media atau Bahan Belajar Praktek
Alat                 : Pisau tajam
Bahan             : Sabut Kelapa, Batang pohon yang berbiji (Tumbuhan Dikotil), Tanah                                          subur, palstik, tali plastik
G.    Sumber Belajar:
1.      Buku Paket BSE Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Kelas VI





H.    Kegiatan Pembelajaran
                     a.          Guru membuka pembelajaran dengan salam dan basmalah, dilanjutkan dengan mengucapkan salam sapa.
                       b.           Guru memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran  dan memeriksa kehadiran, kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk peserta didik.
                        c.          Guru memberikan motivasi  dan menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran.
                        d.          Guru untuk membentuk kelompok-kelompok kecil untuk melakukan percobaan mencangkok (terdiri 4-5 siswa)
                         e.          Guru membagikan kertas HVS kepada masing-masing kelompok
                          f.          Guru menyampaikan materi pelajaran dan memberikan contoh hasil cangkokkan sesuai dengan metode yang ada di buku paket.
                          g.          Guru memberikan waktu kurang lebih 60 menit untuk mencangkok lalu mendiskusikan secara   kelompok dan hasil percobaan nya ditulis di kertas HVS.
                           h.          Dibawah bimbingan guru, peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran.
                            I.         Guru memberikan reward kepada “seluruh kelompok”  atas hasil praktek dan diskusi serta    kekompakannya.
                              j.          Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
                              k.          Menutup pelajaran dengan doa bersama sama.
    





















Read More

Korban Ujian Nasional

17.32 |



Menurut sumber yang saya baca yaitu Koran Media Indonesia tentang Pendidikan, yang terdapat pada artikel Itje Chodijah, mengemukakan bahwa ujian nasional wujud dari tidak terwjudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Mangapa hal tersebut bisa terjadi? Karena keengganan untuk menegakkan rasa tanggung jawab memenuhi keadilan yang proporsional bagi siswa dan guru yang hidup denan akses geografi dan ekonomi terbatas. Ujian nasional memang sbagai alat ukur pendidikan nasional tetapi itu sangatlah tidak adil, kita mengetahui masih banyak sekolah-sekolah yang masih kekurangan baik dari sarana dan prasarana yang minim serta model pembelajaran dikelas yang tidak berjalan efisien dan efekif. Masalah-masalah inla yang semakin menguatkan ketidakadilan dalam pendidikan, betapa tidak adilnya mengevaluasi siswanya dengan alat ukur yang sama dengan siswa-siswa yang menerima layanan dan sarana prasarana yang lebih baik.
            Ujian nasional juga bertentangan dengan kurikulum, hal tersebut semakin dikuatkan dan sesuai dengan artikel yang ditulis Ahmad Baedowi, pada artikel tersebut dijelaskan bahwa kurikulum seharusnya menjadi acuan mengajar, karena kurikulum mempraktikan proses belajar-mengajar yang kreatif, membelajarkan siswa untuk berpengetahuan, mampu berpikir kritis, berkomunikasi dan bertingkah laku, dengan adanya UN yang dijadikan sebagai alat ukur pendidikan nasional, percuma saja kurikulum diterapkan didalam pendidikan Indonesia.  Akhirnya, proses belajar mengajar menjadi lebih sabagai media mengambil nilai siswa. Oleh karena itu, UN masih ditetapkan sebagai penentu kelulusan siswa.


            Mengenai pendapat dari artikel Itje Chodijah dan Ahmad Baedowi yang terdapat pada Koran Media Indonesia, saya setuju, bahwa UN itu wujud ketidakadilan dalam pendidikan dan banyak korban atau pihak yang dirugikan baik pihak dinas, sekolah, guru maupun siswa. Menurut saya, lebih baik UN tidak usah diadakan, karena bnyak sekali pihak-pihak yang dirugikan yaitu pihak sekolah terutama siswa yang menjadi korban dari Ujian Nasional. Banyak sekali alasan peserta didk atau siswa yang menolak adanya Ujian Nasional. Alasan tersebut antara lain peserta didik atau siswa tidak pernah diundang dalam konvensi UN, hal tersebut merupakan keputusan apakah UN harus dilaksanakan atau tidak, apabila siswa di undang pasti mereka akan menolak diadakannya Ujian Nasional tersebut. Ujian Nasional yang dijadikan sebagai standar kelulusan berdampak buruk bagi siswa yakni memberikan beban fisik dan psikologis  pada siswa, siswa harus menambah waktu belajarnya hingga menyita waktu untuk pengembanan diri dan mereka juga akan mengalami stress karena takut tidak lulus bahkan mereka bisa depresi hingga bunuh diri.
            Dari beberapa alasan tersebut, Ujian Nasional seharunya diperimbangkan kembali atau seharusnya tidak diadakan. Ujian Nasiona dianggap sebagai ‘ujian kelulusan berisiko tinggi bagi siswa, guru, sekolah dan dinas pendidikan daerah telah menyepelakan proses pendidikan dasar dan menengah menjadi hanya berfokus pada kelulusan UN semata. Negara tidak mempunyai hak untuk menentukan kelulusan siswa, pihak sekolah lah yang mengetahui keadaan siswa dalam proses belajar disekolah dan mempunyai hak untuk menentukan siswa tersebut  lulus atau tidak.


Read More